Rabu, 21 Juni 2017

Apa sih Hashimoto Disease?

Well, kali ini saya mau nulis tentang apa sih hashimoto disease itu. Atau apa sih penyakit hashimoto itu? Karena di postingan sebelumnya saya bahas nyebut Hashimoto gitu. Biar jadi ga penuh dengan tanda tanya makanya saya nulis post ini dari sudut pandang klinisnya. By the way, tanggal 20 Juni lalu diperingati sebagai Hari Kepedulian terhadap Hashimoto Thyroiditis. Kenapa sih harus ada hari kepedulian? Karena masih banyak masyarakat awam yang minim pengetahuan tentang hashimoto disease ini.



APA SIH PENYAKIT HASHIMOTO ITU?

Penyakit Hashimoto adalah suatu kondisi dimana sistem imun (antibody) menyerang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid itu terletak dibawah Adam’s apple (jakun). Kelenjar tiroid merupakan bagian dari sistem endokrin manusia, fungsinya adalah untuk memproduksi hormon yang mengatur banyak sekali fungsi ditubuh manusia diantaranya metabolisme tubuh, mengatur siklus menstruasi dan kesuburan wanita (atau pria, walau kasus hashimoto untuk pria sedikit), berat badan, proses pencernaan, fungsi kerja otak, mengatur suhu tubuh, mengatur pembakaran kalori, mengatur sistem syaraf pusat dan masih banyak lagi.

Peradangan yang disebabkan oleh Hashimoto Disease (Penyakit Hashimoto), biasa dikenal dengan chronic lymphocytic thyroiditis (tiroiditis limfositik kronis) atau autoimun tiroditis, yang akhirnya menyebabkan kelenjar tiroid menjadi tidak aktif (hipotiroid). Berdasarkan Thyroid Nation, 97% penyebab utama dari hipotiroid itu adalah penyakit hashimoto. Yang berarti 3% nya adalah karena operasi pengangkatan kelenjar tiroid (thyroidectomy), efek pengobatan radioaktif iodine (untuk thyroid cancer/hyperthyroidism), hipotiroid bawaan lahir (hypothyroid congenital) atau karena efek perubahan hormon setelah melahirkan (hypothyroid post-partum).


Yang artinya semua gejala dan rekam medik yang saya post sebelumnya mengarah ke Hashimoto dari pada ke penyebab lain. Oh iya, biasanya penyakit hashimoto menyerang wanita paruh baya (usia >50 tahun) yang sedang mengalami perubahan hormon akibat menopause. Tapi ini ga ngaruh, karena saya menemukan banyak penyandang Hashimoto usianya remaja atau dewasa awal (20 tahun keatas). Berarti, hashimoto bisa menyerang semua usia yah.

Pengobatan untuk autoimun hashimoto ini ga ada pilihan lain. Dokter pasti cuma akan nyaranin untuk konsumsi hormon tiroid pengganti. Namanya Levothyroxine Sodium, hormon thyroxine. Biasanya dikonsumsi dalam waktu yang cukup panjang bahkan bisa sampai seumur hidup. By the way  pilihan tadi hanya berlaku di Indonesia sih. Di luar Indonesia umumnya ada yang namanya Natural Dessicated Thyroid, ini sih lebih alami karna terbuat dari tiroid hewan yang di ekstrak, umumnya sih porcine based. Jadi ya ga aman juga buat umat Muslim.
Jujur pertama baca statement "konsumsi obat seumur hidup" di google saya shock banget sih. Kenapa harus seumur hidup? Kenapa jangka panjang? Kenapa gejalanya ga ilang-ilang. YA, NAMANYA JUGA PENYAKIT KRONIS.

APA SIH GEJALA DARI PENYAKIT HASHIMOTO?


Kalo ditanya gejalanya apa dan kaya gimana, jujur saya susah banget buat jelasinnya. Karena semuanya gejalanya itu samar-samar mengganggu dan mirip seperti gejala penyakit lain. Gara-gara ini juga sih saya baru kediagnosis setelah 2,5 tahun mengalami gejala yang semu menyebalkan itu. Saya pribadi baru sadar kalo something happens with my body sampai saya menyadari ada goiter (pembengkakan di leher). Gejala dari penyakit hashimoto ini progresnya cukup lambat selama bertahun-tahun dan menyebabkan kerusakan tiroid yang kronis, jadinya tubuh akan kekurangan hormon tiroid di dalam darah. Gejala dari penyakit hashimoto yaitu sama aja sih kaya gejala hipotiroid. Diantaranya:
  • Kelelahan ekstrim dan lamban (fatigue and sluggishness) bukan ‘capek’ biasa.
  • Ga tahan terhadap suhu dingin (cold sensitivity)
  • Sembelit (constipation) sumpah ini nyebelin banget.
  • Muka tembem/bengkak (puffy face) that’s why muka saya kaya babi
  • Kuku rapuh (brittle nails)
  • Rambut rontok (hair loss)
  • Lidah membengkak, biasanya bayi yang mengalami hipotiroid kongenital ini.
  • Kenaikan berat badan entah dari mana, saya naik 8 kg 
  • Sakit otot, kaku atau kesemutan (carpal tunnel syndrom)
  • Sakit sendi
  • Menstruasi tidak teratur (bisa lebih cepat, lebih lambat atau berhenti dalam waktu yang cukup lama)
  • Depresi
  • Brain fog atau kehilangan memori, bukan memori jangka panjang kaya amnesia sih. Maksudnya brain fog lebih sering lupa.
  • Kulit kering, kalau saya bisa sampe retak-retak gitu kulitnya padahal udah pake lotion.
  • Kolestrol tinggi
  • Darah rendah/darah tinggi
  • Detak jantung pelan

APA SIH PENYEBAB PENYAKIT HASHIMOTO?


Penyebab penyakit hashimoto adalah gangguan autoimun dimana sistem imun manusia memproduksi antibody yang menyerang kelenjar tiroid. Hashimoto termasuk autoimun organ spesifik. Para peneliti sendiri masih belum mengetahui apa penyebab dari penyakit hashimoto. Ada beberapa teori menjelaskan tentang leaky gut, ada juga yang berasumsi karena Epstein Barr Virus, mungkin genetik dan lingkungan juga berpengaruh. Lingkungan? 
kalau ada beberapa pasien yang bilang "Kok bisa sih selama ini saya  hidup bersih loh!". Menurut saya lingkungan yang bersih ‘saat ini’ tidak menjamin dari sehatnya suatu individu, bisa saja paparan radiasi/polusi/bahan kimia yang terdapat di kehidupan sehari-hari menjadi alasan seseorang terkena autoimun.

FAKTOR RESIKO SESEORANG AKAN TERKENA PENYAKIT HASHIMOTO?


Beberapa faktor ini bisa jadi resiko kalian terkena penyakit hashimoto. Diantaranya :
  • Jenis kelamin kamu perempuan. 8 dari 10 wanita beresiko terkena hashimoto.
  • Usia. Hashimoto bisa menyerang semua usia, tapi umumnya menyerang usia 50 keatas.
  • Keturunan. Kalo di keluarga kamu ada riwayat hashimoto/autoimun tertentu kamu beresiko memiliki penyakit hashimoto atau gangguan tiroid lainnya.
  • Memiliki penyakit autoimun lain. Seperti diabetes tipe 1, rheumatoid arthritis, lupus, dll
  • Terpapar radiasi. Biasanya kalo lingkungan kerjanya sering terpapar radiasi, atau pernah mengalami pengobatan tertentu lalu mendapatkan radiasi di kepala.

KOMPLIKASI YANG DITIMBULKAN OLEH PENYAKIT HASHIMOTO?


Kalau penyakit hashimoto lama tidak ditangani, hipotiroid dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan lain seperti :
  • Goiter.
Atau pembesaran kelenjar tiroid. Karena stimulasi terus menerus dari kelenjar pituary di otak yang memerintahkan untuk melepaskan hormon tiroid ke seluruh tubuh. Sayangnya, kelenjar tiroid nya ga mampu lagi buat memproduksi hormon tiroid karena udah diserang duluan sama sistem imun. Pembengkakan tiroid bisa ngaruh ke penampilan, kemampuan menelan dan kesulitan bernafas. Saya mengalami goiter, kelenjar tiroid nya bengkak karna stimulasi hormon terus menerus.
  • Masalah Jantung (heart problem)
Penyakit hashimoto meningkatkan resiko untuk terkena penyakit jantung. Simple aja sih alasannya karena kolestrol dalam darah cukup tinggi, terutama LDL atau lipoprotein cholestrol. Kalau dibiarkan, bisa menyebabkan pembengkakan jantung dan gagal jantung.
  • Masalah kesehatan mental. 
Depresi ini biasanya muncul pertama kali dari sekian banyak gejala hashimoto dan dapat semakin parah seiring waktu. By the way, depresi disini gabisa dikasih tau dengan kata ‘Sabar ya, aku juga ngerti kok’ atau ‘aku juga pernah stress kok sebelumnya’ atau ‘coba banyak-banyak berdoa deh’. Engga sama sekali, walau otak kita udah sugestiin untuk selalu berfikir positif. Tapi karena hormon yang terganggu tetap sulit diatasi.
  • Koma Myxedema. 
Ini langka, tapi bisa saja terjadi. Myxedema coma itu suatu keadaan yang mengancam nyawa dikarenakan hipotiroid dalam jangka waktu yang lama dan hasil dari hashimoto yang tidak ditangani. Tanda-tandanya seperti pusing, pingsan, hilang kesadaran hingga koma. Sehingga membutuhkan pengobatan yang tepat dan intensif.
  • Gangguan kehamilan. 
Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami hipotiroid beresiko untuk mengalami kecacatan fisik sejak lahir, cacat mental, hipotiroid kongenital, keguguran, bayi lahir prematur, pre-eklamsia atau bayi meninggal dalam kandungan.

Post selanjutnya nanti saya jelasin bagaimana cara mendiagnosis penyakit hashimoto. Berhubung brain fog mulai nyerang jadi saya istirahat dulu.

Baiklah. Terima kasih sudah mampir.

Kamis, 15 Juni 2017

Awal Diagnosis dan Munculnya Gejala Autoimun Hashimoto

Awal diagnosis


Hallo. Saya Annisa, mahasiswa 21 tahun. Dengan Autoimun Hashimoto Disease. Dulu, saya senang sekali menulis. Entah apa alasanya saya berhenti 7 tahun lalu. Kali ini saya akan mencoba menulis kembali. Mungkin tulisan ini lebih banyak diselingi dengan curhatan pribadi saya. Kalau ada yang merasakan hal yang sama, saya sangat terbuka untuk berbagi. Semoga ini bisa menjadi bagian dari terapi ya. Saya harus remisi!

Agustus 2014

Sebagai mahasiswa tingkat 2 sudah pasti akan dipadati dengan berbagai kesibukan perkuliahan. Saya mulai merasakan lelah sekali setiap hari. Ya, saya pikir itu semua karena padatnya aktifitas saya. Pagi kuliah, siang rapat atau kegiatan himpunan, sore sampai malam kerja part-time. Ga part time juga sih karena kerjanya bisa full 8 jam atau malah lebih kaya karyawan resmi lainnya.
Entah mungkin karena kelelahan, ditambah setiap hari pulang pergi dengan jarak yang cukup jauh. Kopo-Setiabudi-Gatot Subroto. Masing-masing memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk ditempuh. Tamu bulanan mulai datang terlambat. Akhirnya saya pikir mungkin karena kecapekan kali ya. Karena biasanya lancar terus sejak pertama kali saya dapat menstruasi. Setidaknya kalau terlambat hanya satu atau dua hari tapi kali ini saya terlambat bisa selama dua minggu atau bahkan sebulan. Dan hal ini berlangsung sampai saat ini.
Sebagai remaja akhir usia 19 tahun agak heran dong ya karena siklus menstruasi menjadi acak acakan. Tapi karena saya memang cuek sih jadi saya pikir ‘oh mungkin ini karena kecapekan’
Apalagi karena pekerjaan saya juga cukup menguras tenaga sih. Menjadi asisten koki (cook helper) di dapur profesional di salah satu hotel bintang 6 ternama di Bandung. Saya harus berdiri terus selama bekerja, menyiapkan ratusan bahkan ribuan porsi makanan, memotong-motong puluhan kilogram bahan makanan, angkat angkat panci berat, dorong hot box dari dapur sampai tempat makanan disajikan di ballroom. Begitulah.

April 2015

Kesibukan saya di kampus menjadi lebih ganas lagi. Tahun ini saya diamatkan untuk menjadi Ketua Pelaksana kegiatan kaderisasi untuk adik-adik mahasiswa baru. Belum pernah saya menjabat dalam posisi sebagai ketua dimanapun. Hal ini menjadikan saya harus extra teliti, extra sigap, dapat mengambil keputusan dan tegas. Saya pun menjadi lebih sering berbicara di depan umum. Sedari kecil saya memang memiliki kesulitan dalam public speaking, namun saat sma akhirnya saya dapat menangani hal tersebut dengan baik. Tapi kali ini tidak. Saya menjadi mudah sekali panik, indecisive, bahkan saya mulai mejauh dari teman teman dekat saya tanpa alasan yang jelas. Saya senang sekali bersosialisasi pada masa awal kuliah, namun kali ini hal tersebut berubah yang saya sendiri tidak tahu alasanya apa. Berbicara mengenai public speaking, mendapat posisi menjadi ketua membuat saya menjadi lebih sering berbicara di depan umum. Hey, simple sekali memang. Orang-orang yang saya hadapi hanya teman-teman di himpunan dan adik-adik tingkat loh, kebanyakan juga akhirnya saya hanya bicara di depan kelas saat kegiatan kaderisasi.
Namun rasanya seperti dikejar singa. Saya mudah sekali gugup, panik, gemetaran saat akan berbicara di depan orang. Sebagai ketua yang harusnya tegas pun, saya lebih sering mendiskusikan keputusan yang akan saya ambil dengan teman saya yang lain di himpunan.

Oktober 2015

Tugas di kampus lagi padat-padatnya. Antara harus menyelesaikan berbagai tugas semester 5, menyiapkan laporan pertanggung jawaban himpunan, menyiapkan diri untuk praktik kerja lapangan semester depan. Bahkan saja jadi jarang ambil job kerja di hotel lagi. Ditengah kesibukan seperti itu, bukannya saya menjadi lebih cekatan tapi saya malah mudah sekali ketiduran. Beberapa kali kepergok dosen ketiduran di kelas, beberapa kali nabrak kendaraan lain waktu perjalanan pulang ke rumah karena ngantuk saat mengendarai motor, dan saya mudah sekali ketiduran dimanapun. Akhirnya beberapa tugas saya kumpulkan mepet bahkan terlambat pada deadline yang ditentukan. Syukurlah IP semester ini masih dapat dibanggakan.

Februari 2016

Saya sedang praktik kerja lapangan di dapur profesional pada sebuah resort bintang 5 di daerah Nongsa Pulau Batam Kepulauan Riau. Lebih makan hati sih disini, tapi tak apa. Kata orang merantau itu perlu untuk membentuk kemandirian. Ya, saya memang sendirian disini. Tidak ada keluarga, tidak ada teman. Akhirnya saya membentuk pertemanan baru. Ya sangat menyenangkan terasa bebas dari rutinitas yang biasanya saya jalani di Bandung, dan memulai rutinitas baru yang berbeda sekali dibandingkan saat di Bandung.
Dulu, saya selalu menjadi kebanggaan senior di tempat kerja. Ya, saya sudah memulai bekerja di dapur profesional sejak tahun 2011. Sejak saya masih di bangku kelas 2 SMA. Saya bisa cepat, sigap  dan cekatan dalam bekerja. Walau melelahkan sekali tapi saya menyukai pekerjaan ini. Bertemu banyak orang, mencicipi rasa makanan-makanan enak dan mahal yang tidak akan mampu saya beli sendiri, mengetahui bagaimana rasanya makanan terkenal dari berbagai negara tanpa harus membayar. Tapi kali ini, saya menjadi lebih sering dimarahi oleh senior karena saya sering lupa, lambat dan tidak fokus saat bekerja.
Lupa pekerjaan yang harusnya saya kerjakan selanjutnya, lupa saya simpan benda itu dimana, lupa nama alat yang biasa saya gunakan, beberapa kali kue-kue itu gosong karena tidak fokus dan meninggalkannya untuk menyelesaikan pekerjaan lain, salah masukin bahan-bahan, tidak fokus jadi saya tidak mendengar pesanan yang diminta waiter untuk segera disajikan, lambat sekali menyiapkan berbagai makanan yang setiap hari dikerjakan dan akhirnya saya jadi selalu pulang larut.
Karena sering dimarahi ini, saya juga jadi lebih sensitif sih. Apalagi logat dan cara bicara mereka berbeda dengan di Bandung tempat biasa saya kerja. Cara bicara mereka lebih keras, dan kadang kata-kata yang terucap agak menyakitkan. Beberapa kali saya akhirnya menangis di chiller (ruangan pendingin berukuran besar),  supaya orang lain tidak tahu bahwa saya sedang menangis.

Oktober 2016

Tingkat frekuensi ketiduran dimanapun menjadi lebih sering, bahkan nilai semester ini agak anjlok karena saya sulit sekali fokus saat perkuliahan dan mudah lupa. Tertolong lah sedikit dari teman teman yang memberi contekan, terima kasih ya (maaf, jangan ditiru).
Waktu itu saya lagi main ke rumah tante, adiknya mama. Saya seringkali curhat dengan beliau daripada dengan mama. Mungkin karena beliau juga sama sama anak bungsu di keluarga kali ya, beliau dapat mengerti cerita saya. Cerita bahwa akhirnya saya sedih karena satu persatu kakak kakak saya pergi untuk membangun rumah tangganya sendiri. Hehe. Biasanya kemana-mana selalu diajak, berantem, bercanda setiap hari dari hal-hal kecil. Singkat cerita, si tante menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dengan leher saya. Terlihat seperti bengkak.
“Ti, leher kamu kenapa? Kok bengkak?”
“Ah masa sih. Engga kok.”
“Beneran, coba ngaca deh, cek di cermin sana.”
Oh iya, saya menyadari bahwa leher saya terlihat agak besar. Tapi saya pikir mungkin ini efek dari berat badan saya yang tak kunjung menurun.
“Mungkin karena istinya gendut aja kali tante, makanya lehernya agak besar.”
Ya, lagi lagi dicuekin.

Januari 2017

Benar saja, berat badan yang tak turun turun itu malah melonjak naik 4 kg. Padahal saya jarang ngemil dan sedikit sekali makannya. Saya memutuskan mengambil kelas olahraga di salah satu pusat kebugaran di dekat rumah. Karena kesal sekali dan terobsesi untuk langsing. Saya menjadi gila olahraga, 2-3 jam setiap hari, 5 kali seminggu. Namun bukannya turun tapi saya malah naik lagi 4 kg.
Memang sejak kecil, badan saya memang bongsor. Pasti selalu lebih besar dari orang-orang seumuran. Tapi kalo terus menerus naik seperti ini sepertinya bikin kesal juga. Dulu waktu SMA saya juga pernah mencoba berbagai pil pelangsing, jarang makan dan banyak olahraga. Tapi bukan badan langsing yang didapat, saya malah sering banget kena maag.
Dampak buruk dari gila olahraga ini, badan saya drop sampai tidak bisa bangun dan sulit beraktifitas. semua gejala pun memarak. rambut saya menjadi sangat rontok, bayangkan sekali menggunakan sisir sisa rambut yang menempel disisir bisa sampai satu genggam? meskipun sejak dulu rambut saya memang rontok karena saya menggunakan hijab, tapi kalau rontoknya lebih banyak dari biasanya apa ga menghawatirkan juga ya?

Februari 2017

Saya lagi bercatut di depan cermin saat itu, sampai saya sadari ternyata benar apa yang dikatakan tante kalau leher saya bengkak. Akhirnya saya bilang mengenai hal ini pada Papa.
“Pa, kok leher isti kaya ada jakunnya gini yan? Normal ga sih?”
“Ya normal lah, semua orang kan punya jakun. Cuma kalau di perempuan tidak begitu keliatan.”
“Tapi ini aneh deh, Pa. Masa jakun dibawah gini, terus sebesar ini.” Akhirnya si Papa berpaling dari layar hp nya untuk lihat leherku.
“Kayanya ini kelenjar tiroid deh. Coba besok ke dokter ya, kan bpjs udah diurus. Sendiri aja dulu, nanti kalau sudah jelas akan di operasi baru Papa antar.”
Haaa? Operasi? Kenapa harus di operasi? Kelenjar tiroid itu apa? Wajar ga sih saya jadi panikan, kalau saya dari agak tertekan dengan keadaan ini. Belum apa apa sudah disuruh operasi.
Akhirnya saya mengikuti lah alur BPJS yang bagi saya agak kurang nyaman yah. Puskesmas – Spesialis Bedah – Spesialis THT – Spesialis Penyakit Dalam. Kenapa sih harus muter muter gitu? Kenapa ga langsung ke Spesialis Penyakit Dalam aja langsung? Gatau deh kenapa si dokter-dokter disana nyaranin seperti itu. Singkat cerita saya disuruh USG Thyroid, hasilnya seperti ini :
Thyroid dekstra-sinistra :
Bentuk normal. Ukuran membesar. Batas tegas. Kapsul intak. Tepi regular. Parenkrim inhomogen dan tampak hipoekoik. Pada pemeriksaan dengan dopler tampak peningkatan vaskularitas intra thyroid. Ukuran lobus kanan : 3.00 cm , lobus kiri : 2,8 cm.
Kesimpulan : Gambaran hipoekogensitas parenkrim thyroid billateral, kemungkinan adanya suatu thyroiditis belum dapat disingkirkan. Tidak terdapat limfadenopati colli billateral.

Hasil USG thyroid tersebut saya serahkan pada dokter untuk di konsultasikan. Si dokter tetep bilang kudu operasi, tapi kamu harus cek hormon dulu sama fnab karena takutnya ada sel ganas. Duuuuuh, kenapa harus dengar kata operasi lagi sih. Akhirnya saya nurut untuk cek hormon thyroid dan FNAB. Panel pemeriksaan thyroid yang disarankan adalah pemeriksaan T3, T4 dan TSHs.
Hasil cek hormon pertama seperti ini :
Total T3  : <0,40 nmol/l (range 0,92-2,33)
Total T4  : 14,82 nmol/l (range 60-120)
TSHs  : >100 uIU/ml (range 0,27 – 4,7) untuk Euthyroid, yaitu keadaan hormon tiroid normal pada wanita dewasa.


Kesimpulan dari pemeriksaan diatas belum bisa dimengerti karena saya belum bisa membaca hasil lab. Setelah di konsultasikan ke dokter, ternyata hasilnya adalah hipothyroid. Keadaan dimana kelenjar tiroid saya tidak dapat memproduksi hormon tiroid dengan baik.
Hasil FNAB seperti ini :
Mikroskopis :
Sediaan terdiri dari massa koloid, sel-sel limfosit yang tersebar, sel folikel tiroid yang berkelompok, sebagian tersebar. Inti sel dalam batas normal. Tidak ditemukan sel tumor ganas.
Kesimpulan: Adenomatous thyroid billateral disertai dengan thyroiditis kronis aspesifik.

Alhamdulillah tidak ditemukan sel tumor ganas, sehingga kesempatan saya untuk operasi berkurang cukup banyak. Setelah di konsultasikan dengan spesialis penyakit dalam, si dokter minta saya untuk minum Euthyrox 100mcg, 1 kali sehari. Nurut deh apa kata dokter. Selang sebulan, saya kembali lagi untuk kontrol. Ternyata badan saya mulai merasa sangat tidak nyaman sejak saya pulang dari Jogja pada awal maret lalu. Entah apa maksud si dokter, beliau malah meminta saya untuk menghentikan asupan hormon pengganti yang saya konsumsi. Aduh, saya tahu bahwa diagnosis saya ini bukan sekedar batuk pilek yang seminggu atau dua minggu sembuh. Saya tahu bahwa diagnosis saya ini membutuhkan perawatan dalam jangka waktu yang cukup lama, itulah kenapa penyakit saya tergolong penyakit kronis.
Gamau nurut gitu aja akhirnya saya ganti dokter spesialis penyakit dalam, si Papa menyarankan menemui dokter senior kenalannya saat di tempat kerja dulu. Lalu saya di kasih 200mcg Euthyrox. Lagi lagi saya mengeluh. Duuuh, apa ga kebanyakan dok? Saya takut overdosis. Mengingat saya sudah mencari tau segala tektekbengek mengenai hipotiroid. Terima Kasih Om Google. Teman-teman seperjuangan saya tidak ada yg konsumsi sebanyak itu dalam waktu lama. Apalagi si dokter nyuruh saya lanjut minum 200mcg itu selama 3 bulan.
And its okay to fire you doctor, if you dont feel that they will help with your diagnosis. Akhirnya saya berpegang teguh pada pedoman ini, saya akan terus mencari dokter yang menurut saya tepat. Dan benar saja, baru sebulan saya konsumsi euthyrox dengan dosis 200mcg, bukannya semua gejala dalam tubuh saya mulai perlahan menghilang. Malah saya merasakan gejala-gejala tambahan lainnya. Tremor, suhu tubuh panas terus, jantung berdebar dan tidak berirama, dan anxiety attack. Cuma ngobrol dengan seseorang di telepon saja sudah membuat saya bergetar hebat. Menerima chatting dari teman yang menanyakan kabar karena saya sudah lama tidak muncul di kampus, rasanya seperti dikejar singa. Takut sekali.
Akhirnya tiba pada jadwal cek darah berikutnya dengan dokter endokrin yang baru, YAY! Akhirnya bertemu dengan seseorang yang mungkin mengerti tentang tiroid dokter endokrin wanita di rumah sakit swasta di jalan peta. Sebelumnya saya sudah ‘inisiatif’ untuk melakulan tes antibody untuk mengetahui bahwa hipotiroid ini disebabkan oleh penyakit autoimun. Namanya Anti TPO (Antibody Thyroid Peroxidase), merupakan suatu antibody yang dihasilkan tubuh dan merusak kelenjar tiroid. Anti TPO adalah yang paling umum dijumpai pada pasien autoimun hashimoto . Karena kasus saya adalah thyroiditis, yang artinya peradangan. Dan saya sudah berkali kali googling mengenai thyroidits dan semua gejala dan hasil pemeriksaan sebelumnya mengarah pada reaksi autoimun. Ditambah hasil TSHs yang begitu tinggi. Ditambah lagi FAKTA bahwa 90% penyebab hipotiroid diseluruh dunia disebabkan oleh Autoimun Hashimoto. Dan hasilnya :
Anti TPO  : 2169,91 (Positive)
Dengan nilai rujukan negatif < 5,61 IU/ml , Positif >= 5,61 IU/ml

AND FINALLY WE FIND THE ANSWER!!!
Sebenernya sih ya, tanpa tes ini pun saya sudah sangat yakin bahwa saya penyandang autoimun hashimoto. Nekat ambil tes ini walaupun mahalnya bikin cekot cekot supaya bisa nunjukin pada semua orang khususnya keluarga saya bahwa SAYA SAKIT. Saat itu mereka masih memandang sebelah mata oada kondisi saya.malah dianggap malas karena tidur tiduran terus, jarang kuliah, emosinya ga stabil, ga sabaran, labil, stress, dan mereka selalu menganggap bahwa semua yang saya rasakan hanya karena sugesti.
Jujur saja, kalau memang sugesti. Sudah dari dahulu saya terapkan pada pemikiran saya bahwa saya bukan anak lemah yang gampang sakit. Terbukti dari saya tidak terjangkit dengan DB dan thypus padahal beberapa kali keluarga saya harus dirawat karenanya.
Semoga kelak lebih banyak lagi orang-orang sekitar saya yang dapat mengerti kondisi si penyandang autoimun ini. Terutama keluarga dan teman-teman. Karena sesungguhnya caregiver terbaik adalah mereka.
Sekian

Selasa, 13 Juni 2017

Hai, saya Annisa Farida Istiqomah. 21 tahun. Sibungsu dari 3 bersaudara.  Saya sebenarnya senang sekali menulis sejak kecil, namun entah dengan alasan apa sejak 7 tahun lalu saya berhenti menulis. tepatnya 6 bulan lalu saya baru saja terdiagnosis dengan kondisi Hipotiroid, yang artinya kekurangan hormon tiroid dimana kelejar tiroid yang berada di leher saya tidak memproduksi cukup hormon tiroid untuk menjaga seluruh sel didalam tubuh saya berfungsi secara normal. 

Selang 3 bulan terapi hormon, tidak sampai disitu saja saya menerima diagnosis dan menerima fakta bahwa saya harus minum obat dan merasakan berbagai gejala jangka panjang. Saya harus mencari tahu dari mana kondisi saya berasal. Singkat cerita kondisi Hipotiroid saya ini disebakan oleh kondisi autoimun, namanya Hashimoto Disease atau bisa juga disebut dengan Chronic Lymphocytic Thyroiditis (TIroiditis Kronis Limfositik). Lengkapnya gimana? Nanti saya ceritakan.

Oh iya, karena Hashimoto Disease itu termasuk golongan penyakit kronis, ga jarang saya mengalami sedikit gangguan mental. Ya! Gangguan Mental! Orang awam sensitif sekali dengan kata gangguan mental ini. Tenang saja saya belum sampai fase teriak teriak histeris atau gelundungan di jalan atau kehilangan kesadaran. Saya sadari sudah sedari kecil saya merasa seperti itu (itu bagaimana nanti saya ceritakan), bahkan orang tua pun tidak menyadarinya. Bisa dikatakan pintar atau bodoh ya saya seperti ini. Namun ya sebagai penyandang autoimun juga saya tidak mau terus menerus mengalami rasa sakit fisik ini juga disertai dengan sakit mental. Maka dari itu sekarang saya mau mencoba menulis kembali sebagai bagian dari terapi.

Oh ya, saya masih menyadang predikat sebagai Mahasiswa, kenapa? ya singkat cerita sakit saya ini bikin saya drop dan akhirnya skripsinya mentok.
Udah jangan stress dulu, ini baru kenalan. tenang aja saya ga akan terus terusan cerita yang sedih sedih kok nanti haha

Satu lagi, mungkin beberapa penjelasan diatas adalah alasan saya masih sendiri. Disaat kawan sebaya saya banyak yang berpacaran, tunangan, menikah bahkan punya anak. Saya memilih betah sendiri. Benar benar sendiri. haha receh banget ya? Tapi ya sudahlah.
Terima kasih sudah mampir